Home » » MATERNITAS KALA IV

MATERNITAS KALA IV

Written By Unknown on Monday, December 23, 2013 | 5:30 PM

Pengertian kala 4
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (Mochtar, 2002).
Kala IV persalinan adalah waktu setelah plasenta lahir sampai empat jam pertama setelah melahirkan. (Sri Hari Ujiiningtyas, 2009)
Menurut Reni Saswita, 2011. Kala IV dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir dua jam setelah proses tersebut. Observasi yang harus dilakukan pada kala IV:
1.      Tingkat kesadaran
2.      Pemeriksaan tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi dan pernafasan
3.      Kontraksi uterus
4.      Terjadinya perdarahan. Perdarahan dianggap masih normal jika jumlahnya tidak melebihi 400 sampai 500 cc.


   Asuhan Kala IV

1.      Fisiologi Kala IV
Selama 10-45 menit berikutnya setelah kelahiran bayi, uterus berkontraksi menjadi sangat kecil yang mengakibatkan pemisahan dinding uterus dan plasenta, dimana nantinya akan memisahkan plasenta dari tempat letaknya. Pelepasan plasenta membuka sinus-sinus palsenta dan menyebabkan perdarahan. Akan tetapi, dibatasi sampai rata-rata 350ml oleh mekanisme sebagai berikut: serabut otot polos uterus tersusun terbentuk angka delapan mengelilingi pembuluh-pembuluh darah ketika pembuluh darah tersebut melalui dinding uterus.  Oleh karena itu, kontraksi uterus setelah persalinan bayi menyempitkan pembeluh darah yang sebelumnya menyuplai darah ke plasenta.
Selama 4-5 minggu pertama setelah persalinan, uterus mengalami involusi beratnya menjadi kurang dari setengah berat segera setelah pasca persalinan dan dalam 4 minggu uterus sudah kembali seperti sebelum hamil. Selama permulaan involusi uterus, tempat plasenta pada permukaan endometrium mengelami autolisis,yang menyebabkan keluarnya sekret vaginayang dikenal sebagai lokia   (lochea ), yang diawali dengan lokia rubra hingga serosa,terus belangsung sampai ½ minggu. Setelah itu, permukiaan endometrium mengalami reepitelisasi dn kembali ke kehidupan seks nongravid yang normal.
Setelah kelahiran bayi, kadar basal sekresi prolaktin kembali ke kadar sebelum hamil dalam beberapa minggu berikutnya. Akan tetapi, setiap ibu yang menyusui bayinya, isyarat syaraf dari puting susu ke hipotalamus menyebabkan gelora sekresi prolaktin hampir sepuluh kali lipat yang berlangsung sekitar 1 jam,sebaliknya prolaktin bekerja atas payudara untuk menyiapkan susu bagi periode penyusuan berikutnya. Bila prolaktin ini tidak ada, jika ia dihambat sebagai akibat kerusakan pada hipotalamus atau hipofisis, atau jika menyusui tidak kontinu tetapi normalnya kecepatan pembentukan sangat menurun dalam 7 - 9 bulan.
Bila bayi mengisap susu,inpuls sensoris dihantarkan melalui saraf somatis ke medula spinalis kemudian ke hipotalamus. Hormon ini mengalir dalam darah menuju ke kelenjar mammae menyebabkan sel-sel miopepitel yang mengelilingi dinding luar alveoli berkontraksi dan memeras susu dari alveoli ke duktus. Jadi, dalam 30 detik  sampai 1 menit stelah bayi mengisap kelenjar mammae susu mulai mengalir. Proses ini dinamakan ejeksi susu atau pengeluaran susu yang disebabkan oleh gabungan refleks neurogenik dan hormon oksitosin hal ini juga berdampak pada kontraksi uterus dan berdampak pada proses involusi uterus dan pendarahan pasca persalinan.







2.      Evaluasi Uterus
Setelah kelahiran plasenta, uterus ditemukan ditengah-tengah abdomen kurang lebih 2/3 sampai ¾ antara simpisis pubis dan umbilikalikal. Jika uterus ditemukan dibagian tengah, diatas umbilikalikal, hal ini menandakan adanya perdarahan dan bekuan didalam uterus,yang perlu ditekan dan dikeluarkan. Uterus yang berada diatas umbilikalikus dan bergeser, paling umum ke kanan cenderung menandakan kandung kemih penuh menyebabkan uterus bergeser, menghambat kontraksi, dan memungkinkan peningkatan perdarahan. Jika ibu tidak mampu buang air kecil pada saat ini, kandung kemih sebaiknya di kosongkan oleh kateter untuk mencegah perdarahan berlebihan.
                Uterus yang berkontraksi normal harus keras ketika disentuh. Jika segmen atas uterus keras, tetapi perdarahan uterus keras, tetapi perdarahan uterus tetap, pengkajia segmen bawah perlu dilakukan. Uterus yang lunak,hipotonik,longgar,tidak berkontraksi dengan baik disebut sebagai atonia uterus. Penyebab utama dari atonia uterus adalah perdarahan pascapersalinan segera. Hemostatis uterus yang utama dipengaruhi oleh kontraksi jaringan serat-serat otot miometrium. Serat-serat ini bertindak sebagai pengikat pembuluh darah terbuka pada sisi plasenta.
3.      Pemeriksaan Servik, Vagina dan Perineum
Untuk mengetahui apakah ada tidaknya robekan jalan lahir, maka periksa daerah perineum, vagina dan vulva. Setelah bayi lahir, vagina akan mengalami peregangan, oleh kemungkinan edema dan lecet. Introitus vagina juga akan tampak terkulai dan terbuka. Sedangkan vulva bisa berwarna merah, bengkak dan mengalami lecet-lecet.
Untuk mengetahui ada tidaknya trauma atau hemoroid yang keluar, maka periksa anus dengan rectal toucher.

Laserasi dapat dikategorikan dalam :
a.       Derajat pertama: laserasi mengenai mukosa dan kulit perineum, tidak perlu dijahit.
b.      Derajat kedua: laserasi mengenai mukosa vagina, kulit dan jaringan perineum (perlu dijahit).
c.       Derajat ketiga: laserasi mengenai mukosa vagina, kulit, jaringan perineum dan spinkter ani.
d.      Derajat empat: laserasi mengenai mukosa vagina, kulit, jaringan perineum dan spinkter ani yang meluas hingga ke rektum. Rujuk segera.

4.      Pemantauan Kala IV
Saat yang paling kritis pada ibu pasca melahirkan adalah pada masa post partum. Pemantauan ini dilakukan untuk mencegah adanya kematian ibu akibat perdarahan. Kematian ibu pasca persalinan biasanya tejadi dalam 6 jam post partum. Hal ini disebabkan oleh infeksi, perdarahan dan eklampsia post partum. Selama kala IV, pemantauan dilakukan 15 menit pertama setelah plasenta lahir dan 30 menit kedua setelah persalinan.
Setelah plasenta lahir, berikan asuhan yang berupa :
a.       Rangsangan taktil (massase) uterus untuk merangsang kontraksi uterus.
b.      Evaluasi tinggi fundus uteri – Caranya : letakkan jari tangan Anda secara melintang antara pusat dan fundus uteri. Fundus uteri harus sejajar dengan pusat atau dibawah pusat.
c.       Perkirakan darah yang hilang secara keseluruhan.
d.      Pemeriksaan perineum dari perdarahan aktif (apakah dari laserasi atau luka episiotomi).
e.       Evaluasi kondisi umum ibu dan bayi.
f.       Pendokumentasian.

5.      Bentuk Tindakan Dalam Kala IV :
a.       Mengikat tali pusat.
b.      Memeriksa tinggi fundus uteri.
c.       Menganjurkan ibu untuk cukup nutrisi dan hidrasi.
d.      Membersihkan ibu dari kotoran.
e.       Memberikan cukup istirahat.
f.       Menyusui segera.
g.      Membantu ibu ke kamar mandi.
h.      Mengajari ibu dan keluarga tentang pemeriksaan fundus dan tanda bahaya baik bagi ibu maupun bayi.
6.      Tindakan Yang Tidak Bermanfaat :
a.       Tampon vagina – menyebabkan sumber infeksi.
b.      Pemakaian gurita – menyulitkan memeriksa kontraksi.
c.       Memisahkan ibu dan bayi.
d.      Menduduki sesuatu yang panas – menyebabkan vasodilatasi, menurunkan tekanan darah, menambah perdarahan dan menyebabkan dehidrasi.

7.      Pemantauan Lanjut Kala IV
Hal yang harus diperhatikan dalam pemantauan lanjut selama kala IV adalah :
a.       Vital sign – Tekanan darah normal < 140/90 mmHg; Bila TD < 90/ 60 mmHg, N > 100 x/ menit (terjadi masalah); Masalah yang timbul kemungkinan adalah demam atau perdarahan.
b.      Suhu – S > 380 C (identifikasi masalah); Kemungkinan terjadi dehidrasi ataupun infeksi.
c.       Nadi
d.      Pernafasan
e.       Tonus uterus dan tinggi fundus uteri – Kontraksi tidak baik maka uterus teraba lembek; TFU normal, sejajar dengan pusat atau dibawah pusat; Uterus lembek (lakukan massase uterus, bila perlu berikan injeksi oksitosin atau methergin).
f.       Perdarahan – Perdarahan normal selama 6 jam pertama yaitu satu pembalut atau seperti darah haid yang banyak. Jika lebih dari normal identifikasi penyebab (dari jalan lahir, kontraksi atau kandung kencing).
g.      Kandung kencing – Bila kandung kencing penuh, uterus berkontraksi tidak baik.
h.      Perineum
perineum di evaluasi untuk melihat adanya edema atau hematoma. Bungkusan keping es yang dikenakan perineum mempunyai efek ganda untuk mengurangi ketidaknyaman dan edema bila telah mengalami epsiotomi atau laserasi.
i.        Lochea
Jika uterus berkontraksi kuat,lochea kemungkinan tidak lebih dari menstruasi. Dengan habisnya efek oksitosik setelah melahirkan, jumlah lochea akan bertambah karena miometrium sedikit banyak berelaksasi.

8.      Tanda Bahaya Kala IV
Selama kala IV, bidan harus memberitahu ibu dan keluarga tentang tanda bahaya :
a.       Demam.
b.      Perdarahan aktif.
c.       Bekuan darah banyak.
d.      Bau busuk dari vagina.
e.       Pusing.
f.       Lemas luar biasa.
g.      Kesulitan dalam menyusui.
h.      Nyeri panggul atau abdomen yang lebih dari kram uterus biasa.

C.    ASUHAN KEPERAWATAN
a.       Pengkajian
1.      Aktivitas dan istirahat
Dapat tampak berenergi atau kelelahan / keletihan, mengantuk
2.      Sirkulasi
- Nadi biasanya lambat (50-70), karena hipersensitivitas vagal.
- TD Bervariasi,
- Edema
3.      Integritas ego
-Reaksi emosional bervariasi dan dapat berubah- ubah,
4.      Eliminasi
- Hemoroid sering ada dan menonjol
- kandung kemih mungkin teraba atas simfisis pubis atau kateter urinarius mungkin dipasang.
5.      Makanan / cairan
- Dapat mengeluh haus lapar atau mual
6.      Neurosensori
- Sensasi gerak ekstremitas bawah menurun pada adanya anestesi spinal atau analgesia kaudal/epidural.
- Hiperefleksia mungkin ada
7.      Nyeri atau ketidaknyamanan
Dapat melaporkan ketidaknyamanan dari berbagai sumber, mis : nyeri, trauma jaringan / perbaikan episotomi, kandung kenih penuh, perasaan dingin dan otot tremor dan menggigil
8.      Keamanan
- Pada awalnya suhu tubuh meningkat sedikit (pengerahan tenaga, dehidrasi)
- Perbaikan episitomi utuh, dengan tepi jaringan merapat.
9.      Seksualitas
- Fundus keras terkontraksi, pada garis tengah dan terletak setinggi unbilikus.
- Drainase vagina atau lokhia jumlahnya sedang, merah gelap, dengan hanya  beberapa bekuan kecil.
- Payudara lunak dan puting tegang
10.   Penyuluhan atau pembelajaran
- Obat-obatan yang diberikan, termasuk waktu dan jumlah.
11.  Pemeriksaan diagnostic
- Hb / Ht, jumlah darah lengkap, Urinalis, pemeriksaan lain sesuai indikasi temuan fisik .

b.      Prioritas keperawatan
1)      Meningkatkan kesatuan dan ikatan keluarga.
2)      Mencegah atau mengontrol perdarahan.
3)      Meningkatkan kenyamanan.

c.       Diagnosa Keperawatan
1)      Risiko terjadinya infeksi berhubungan dengan adanya luka pada perineal
2)      Defisit volume cairan berhubungan dengan perdarahan pervaginam
3)      Ketidakefektifan proses menyusui berhubungan dengan belum berpengalaman menyusui

4)      Ansietas berhubungan dengan ketidaktahuan cara merangsang  produksi ASI

Diagnosa Keperawatan/ Masalah Kolaborasi
Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
Resiko infeksi

Faktor-faktor resiko :
-          Prosedur Infasif
-          Ruptur membran amnion
-          pemeriksaan vagina berulang,
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …. jam diharapkan Resiko infeksi dapat teratasi,dengan kriteria hasil :

Knowledge : Infection Control

Indikator
IR
ER
1.      Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
2.      Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
3.      Jumlah leukosit dalam batas normal







NIC : Infection Control (Kontrol infeksi)

·           Lakukan pemeriksaan vaginal awal, ulangi bila pola kontraksi atau perilaku ibu menandakan kemajuan.
·           Pengulangan pemeriksaan vagina berperan dalam insiden infeksi saluran asendens.
·           Gunakan teknik aseptic selama pemeriksaan vagina.
·           Anjurkan perawatan perineum setelah eliminasi setiap 4 jam dan sesuai indikasi.
·           Pantau dan Gambarkan karakter cairan amniotic. Pada infeksi ( lebih kental dan kuning pekat serta dapat terdeteksi adanya bau yang kuat).
·           Pantau suhu, nadi, pernapasan, dan sel darah putih sesuai indikasi.
Kolaborasi:
·         Berikan cairan oral dan parenteral sesuai indikasi.
·         Berikan enema pembersih bula sesuai indikasi.
·         Berikan antibiotic profilaktik bila dindikasikan.
·         Dapatkan kultur darah bila gejala sepsis ada.
·         Mendeteksi dan mengidentifikasi organisme penyebab terjadinya infeksi.

Ketidakefektifan proses menyusui berhubungan dengan :
·      Belum berpengalaman menyusui
·      Pembengkakan payudara
·      Lecet putting susu
·      Kurangnya produksi ASI
·      Lemahnya reflek menghisap bayi
·      Tidak adanya dukungan keluarga, suami

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …. jam diharapkan ketidakefektifan proses menyusui dapat teratasi, dengan kriteria hasil :
Knowledge : breastfeeding

Indikator
IR
ER
1.    Ibu dapat menyusui dengan benar dan tanpa rasa nyeri
2.    Produksi ASI cukup
3.    Bayi tidak rewel
4.    Bayi tidak menunjukkan tanda-tanda kekurangan ASI






Breastfeeding Assistance
Kaji pengetahuan dan kemauan ibu untuk menyusui
·      Kaji ketrampilan ibu dalam menyusui.
·      Berikan penjelasan pada ibu tentang :
-       Pentingnya menyusui secara dini.
-       Pengelolaan ASI Eksklusif.
-       Upaya untuk meningkatkan produksi ASI (Nutrisi, meningkatkan frekuensi menyusui, relaks, dll).
·      Ajarkan pada ibu tentang:
-          Prosedur dan tehnik menyusui yang benar.
-          Perawatan payudara.
-          Lakukan perawatan payudara jika diperlukan
-          Berikan kompres hangat dan pengosongan pada payudara yang bengkak
·      Kolaborasi pemberian terapi untuk meningkatkan produksi ASI
Ansietas berhubungan dengan ketidaktahuan cara merangsang produksi ASI
NOC :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …. Pasien tidak mengalami cemas, dengan kriteria hasil:
Indikator
IR
ER
·    Klien dapat menyebutkan manfaat perawatan payudara
·    Klien dapat mendemonstrasikan cara perawatan payudara









NIC :
·         Jelaskan manfaat perawatan payudara
·         Ajarkan dan demonstrasikan pada klien cara perawatan payudara
·         Evaluasi pengetahuan klien tentang cara  perawatan payudara
·         Motivasi klien untuk selalu merawat payudara secara rutin
Defisit Volume Cairan
Berhubungan dengan:
-    Kehilangan volume cairan secara aktif
-    Perdarahan pervaginam
-    Intake yang kurang

NOC:  
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama….. defisit volume cairan teratasi dengan kriteria hasil: Blood loss severity
Indikator
IR
ER
·         Tanda tanda vital normal.
·         Pendarahan vagina
·         Kulit dan membrane pucat
·         Distensi abdominal








NIC :
Bleeding reduction : postpartum uterus
·         Observasi keadaan umum dan tanda vital
·         Monitor perdarahan jumlah dan sifat perdarahan
·         Monitor kontraksi uterus
·         Monitor intake out put
·         Berikan penjelasan pada klien agar minum manis hangat sedikit – sedikit tetapi sering
·         Hindarkan klien dari hal-hal yang menyebabkan mual dan muntah
·         Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
·         Berikan cairan sesuai program
·         Kolaborasi untuk program terapi


DAFTAR PUSTAKA

Ujiningtyas, Sri hari. 2009. Asuhan Keperawatan Persalinan Normal. Jakarta: Salemba Medika
Saswita, Reni.2011. Asuhan Keperawatan Perawatan Normal. Jakarta: Salemba Medika



>>>>MAKALAHNYA<<<<
Share this article :

0 komentar:

Post a Comment

 
Copyright © 2013. HIMASIK CILACAP