قال رسول الله صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
سَمُّوا بِاسْمِي، وَلَا تَكْتَنُوا بِكُنْيَتِي،
وَمَنْ رَآنِي فِي الْمَنَامِ، فَقَدْ رَآنِي، فَإِنَّ الشَّيْطَانَ لَا يَتَمَثَّلُ
فِي صُورَتِي، وَمَنْ كَذَبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّدًا، فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنْ
النَّار (صحيح البخاري(
Sabda Rasulullah saw : “Berilah nama-nama kalian dengan namaku, dan
jangan memakai gelar seperti gelarku, dan barangsiapa bermimpikan aku dalam
tidurnya sungguh ia telah melihat aku, maka sungguh syaitan tidak mampu
menyerupai diriku, dan barangsiapa yg berdusta atasku dengan sengaja, maka
hendaknya ia bersiap akan tempatnya di neraka” (Shahih Bukhari)
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
حَمْدًا لِرَبٍّ خَصَّنَا بِمُحَمَّدٍ وَأَنْقَذَنَا
مِنْ ظُلْمَةِ الْجَهْلِ وَالدَّيَاجِرِ اَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِيْ هَدَاناَ بِعَبْدِهِ
الْمُخْتَارِ مَنْ دَعَانَا إِلَيْهِ بِاْلإِذْنِ وَقَدْ ناَدَانَا لَبَّيْكَ ياَ مَنْ
دَلَّنَا وَحَدَانَا صَلَّى اللهُ وَسَلّمَّ وَبَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ اَلْحَمْدُلِلّهِ
الَّذِيْ جَمَعَنَا فِي هَذَا الْمَجْمَعِ اْلكَرِيْمِ وَالْحَمْدُلله الَّذِي جَمَعَنَا
فِيْ هَذِهِ الْمُنَاسَبَةِ الْمُبَارَكَةِ...
Limpahan puji kehadirat Allah Yang Maha Luhur, Yang Maha
melimpahkan kebahagiaan sepanjang waktu dan zaman, sebelum zaman dicipta hingga
zaman dicipta dan kemudian sirna, setiap generasi terlahir dan wafat kesemuanya
di dalam pengaturan Sang Maha Tunggal dan Maha Abadi, samudera segenap
ketentuan dan segala kejadian yang lalu dan yang akan datang berada dalam
samudera kelembutan-Nya, di dalam samudera kasih sayang-Nya. Sungguh Allah
subhanahu wata'ala sangat Maha Pengasih dan Maha Penyayang, seandainya Dia
tidak berkasih sayang dan mau menghukum hamba-Nya sebab kesalahan-kesalahan
mereka, sebagaimana firman-Nya:
وَلَوْ يُؤَاخِذُ اللَّهُ النَّاسَ بِظُلْمِهِمْ
مَا تَرَكَ عَلَيْهَا مِنْ دَابَّةٍ وَلَكِنْ يُؤَخِّرُهُمْ إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى
فَإِذَا جَاءَ أَجَلُهُمْ لَا يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً وَلَا يَسْتَقْدِمُونَ ( النحل
: 61)
" Jikalau Allah menghukum manusia karena kezalimannya, niscaya
tidak akan ditinggalkan-Nya di muka bumi sesuatupun dari makhluk yang melata,
tetapi Allah menangguhkan mereka sampai kepada waktu yang ditentukan. Maka
apabila telah tiba waktunya (yang ditentukan) bagi mereka, tidaklah mereka
dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak (pula) mendahulukannya" (
QS. An Nahl: 61)
Maka jika Allah mau menghukum manusia karena kesalahan yang mereka
lakukan, maka mereka tiadalah akan tersisa lagi di muka bumi ini, namun Allah
menunda setiap nafas, setiap detik, dan hari demi hari (agar kita bertobat)
hingga waktu yang telah Allah tentukan, yaitu sakaratul maut. Allah bersabar
menanti kita, Allah bersabar untuk menunda siksa-Nya, dan tidak mau menghukum
kita, Allah siap melimpahkan kemuliaan hingga sepuluh kali lebih besar dari
kebaikan yang kita perbuat, bahkan hingga 70 kali lipat. Allah subhanahu
wata'ala menuliskan satu perbuatan dosa hanya dengan balasan satu dosa, namun
perbuatan baik Allah akan melipatgandakan balasannya dengan 10 kali pahala
hingga 700 kali lebih besar, demikian dalam riwayat Shahih Al Bukhari, bahkan
dalam riwayat Shahih Muslim bahwa setiap kebaikan akan dilipatgandakan
balasannya 10 kali lebih besar hingga 700 kali dan lebih dengan kehendak Allah,
berarti cinta kita kepada Allah dibanding dengan cinta Allah kepada kita 10
kali lebih besar cinta Allah kepada kita, bahkan 700 kali lebih besar dari
cinta kita kepada Allah. Sekali kita beribadah dan berbakti kepada Allah maka
sepuluh kali Allah subhanahu wata'ala berbakti kepada kita, maksudnya Allah
berbakti kepada kita adalah mengganjar dan membalas dengan kebaikan, menyambut
dengan kehangatan, sebagaimana yang dijelaskan di dalam kitab Taujih An Nabiih
Limardhaati Baariih karangan guru mulia kita Al Musnid Al Allamah Al Habib Umar
bin Muhammad bin Salim bin Hafidz, Allah subhanahu wata'ala berfirman dalam
hadits qudsi:
ياَدَاوُد لَوْ يَعْلَمُ الْمُدْبِرُوْنَ عَنِّيْ
شَوْقِي لِعَوْدَتِهِمْ ، وَمَحَبَّتِيْ فِيْ تَوْبَتِهِمْ ، وَرَغْبَتِيْ فِي إِناَبَتِهِمْ
لَطاَرُوْا شَوْقًا إِلَيَّ ، يَادَاوُد هَذِهِ رَغْبَتِيْ فِى الْمُدْبِرِيْنَ عَنِّي
، فَكَيْفَ تَكُوْنُ مَحَبَّتِيْ فِى الْمُقْبِلِيْنَ عَلَيَّ...؟
“Wahai Daud : Seandainya orang-orang yg berpaling dari-Ku
mengetahui kerinduan-Ku atas kembalinya mereka, dan cinta-Ku akan taubatnya
mereka, dan besarnya sambutanku atas kembalinya mereka pada keridhoan Ku,
niscaya mereka akan terbang karena rindunya mereka kepada-Ku. Wahai Daud,
demikianlah cinta-Ku kepada orang-orang yg berpaling dari Ku (jika mereka ingin
kembali), maka bagaimanakah cinta-Ku kepada orang-orang yg datang (mencintai
dan menjawab cinta Allah ) kepada-Ku?”
Apabila mereka yang terus berdosa dan berbuat salah memahami betapa
rindunya Allah kepada mereka apabila mereka mau kembali kepada kasih sayang dan
keridhaan Allah, mau kembali kepada jalan keluhuran dan meninggalkan kehinaan
untuk mendekat kepada Allah, jika mereka mengetahui betapa besarnya rindu Allah
kepada mereka, betapa besarnya cinta Allah kepada taubat mereka dan betapa hangatnya
sambutan Allah untuk mereka yang mau kembali kepada-Nya, jika mereka mengetahui
hal itu sungguh mereka akan wafat di saat itu juga untuk menuju kepada Allah
karena tidak mampu menahan rindu kepada Allah, karena Allah telah
merindukannya, karena Allah telah mencintainya, maka mereka akan meninggalkan
segenap dosa dan tenggelam dalam taubat dan kerinduan kepada Allah. Kita tidak
mengetahuinya, namun paling tidak ada sedikit kefahaman di dalam jiwa dan
sanubari bahwa ada Sang Maha Abadi Yang menanti kita dengan kebahagiaan yang
kekal, Yang menyiapkan cinta, rindu dan sambutan hangat-Nya untuk mereka yang
mau membenahi dirinya, maka berusahalah dan Allah tidak memaksa lebih dari
kemampuan kita.
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah SWT
Sebagaimana yang telah disampaikan oleh guru kita yang kita cintai,
As Syaikh Amr Khalid tentang cinta kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam, dan sampailah kita pada hadits agung ini:
سَمُّوا بِاسْمِى وَلاَ تَكْتَنُوْا بِكُنْيَتِي
" Berilah nama dengan namaku dan janganlah memakai kun-yahku
"
Maksudnya dengan nama beliau nabi "Muhammad" shallallahu
'alaihi wasallam, oleh sebab itu jika saya dimintai untuk memberikan nama maka
pasti saya beri nama "Muhammad…..", dan ada kelanjutannya, saya tidak
pernah memberi nama dengan nama yang lain, walaupun nama nabi banyak namun
sungguh nama yang terbaik adalah "Muhammad" shallallahu 'alaihi
wasallam, sehingga banggalah kelak mereka yang ketika dipanggil kehadapan Allah
membawa nama nabi "Muhammad". Namun perintah memberikan nama dengan
nama nabi bukanlah perintah wajib melainkan sunnah menggunakan nama nabi
"Muhammad", dan Rasulullah melarang untuk memakai gelar beliau. Para
Ulama berbeda pendapat dalam hal kun-yah (gelar) ini, sebagian mengatakan
"Abu Al Qasim" dan larangan itu hanya ketika di masa hidupnya
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Adapun gelar beliau yang tidak boleh
digunakan hingga akhir zaman adalah gelar "Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam", karena gelar ini hanya untuk nabi Muhammad shallallahu 'alaihi
wasallam dan para rasul, maka tidak boleh kita gunakan, namun gelar "Abu
Al Qasim" atau yang lainnya boleh digunakan tetapi setelah wafatnya
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, mengapa? karena pernah terjadi dimana
seseorang di zaman Rasulullah memberi nama anaknya Qasim, maka si ayah
dipanggil dengan sebutan "Abu Al Qasim" dan Rasulullah pun menoleh
maka ketika itu Rasulullah melarang menggunakan gelar itu di masa hidup nabi
shallallahu 'alaihi wasallam, namun di zaman sekarang tidak ada larangan. Dan
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
مَنْ رَآنِيْ فِي الْمَنَامِ فَقَدْ رَآنِي فَإِنَّ الشَّيْطَانَ لَا
يَتَمَثَّلُ بِيْ
“Barangsiapa melihatku di waktu tidur maka dia benar benar telah
melihatku, karena syeitan tidak dapat menyerupaiku”
Sungguh syaitan tidak akan bisa menyerupai bentuk Rasulullah,
betapa indahnya wajah yang tidak mampu diserupai oleh syaitan, nabi kita sayyidina
Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. Syaitan mampu berpura-pura menjadi guru,
menjadi murid dan yang lainnya namun syaitan tidak bisa menyerupai wajah
sayyidina Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. Banyak pertanyaan yang muncul
kepada saya tentang hal ini, "Habib, saya bermimpi Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam tetapi wajahnya berupa wajah habib fulan atau kiyai fulan,
apakah itu mimpi Rasulullah?", iya itu adalah mimpi Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam, selama orang yang kita lihat itu adalah wajah orang yang
shalih. Namun dijelaskan oleh beberapa habaib kita di Tarim Hadramaut, bahwa
tidak ada seseorang dari kaum shalihin yang diserupai wajahnya oleh Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam kecuali dia adalah wali Allah subhanahu wata'ala
(orang yang dicintai Allah). "Habib, ada yang mimpi Rasulullah tetapi
wajahnya kok gelap dan tidak bagus bentuknya, pincang atau cacat?!",
apakah itu juga mimpi Rasulullah?, hal itu adalah cermin dari diri kurang
baiknya hati kita, karena hati kita adalah cermin, jika sebuah cermin terdapat
banyak noda maka hasil dari cermin itu juga banyak noda, jadi apabila kita
bermimpi Rasulullah dalam keadaan cacat maka yang cacat adalah hati kita, bukan
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Dan hal itu merupakan teguran dari
Allah subhanahu wata'ala untuk mengingatkan kita. Diriwayatkan oleh Al Imam Ibn
Hajar Al Asqalani Ar di dalam Fathul Bari bisyarh Shahih Al Bukhari bahwa orang
yang bermimpi Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam akan melihat wajah asli beliau,
namun hal ini tergantung derajat orang tersebut, para kekasih Allah dan para
shalihin, mereka akan melihat wajah asli rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam di dalam mimpinya. Diriwayatkan pula oleh Al Imam Ibn Hajar Al
Asqalani bahwa salah satu istri Rasulullah menyimpan sebuah cermin yang pernah
ia gunakan, kemudian dipinjam oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan
beliau bercermin dengan cermin itu, setelah cermin itu dipakai oleh Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam maka cermin itu menampakkan wajah Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam begitu jelas, cermin itu tidak mau lagi
memunculkan atau mencerminkan wajah yang lain setelah digunakan bercermin oleh
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Dan jika istri Rasulullah ini rindu
dengan Rasulullah setelah beliau wafat, maka ia melihat cermin itu dan ia
lihatlah wajah sayyidina Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, karena cermin
itu tidak mau lagi menampakkan wajah yang lain. Maka para tabi'in yang ingin
melihat wajah Rasulullah mereka datang kepada istri Rasulullah dan melihat
cermin itu sehingga mereka melihat wajah sayyidina Muhammad shallallahu 'alaihi
wasallam. Subhanallah, sebuah cermin pun tidak bisa lagi menjadi sebagai cermin
setelah melihat wajah nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. Dijelaskan di
dalam buku "Muhammad Insan Al Kamil" oleh Al allamah Al Musnid Al
Habib Muhammad bin 'Alawy Al Maliki tentang perbedaan wajah nabiyullah Yusuf As
dengan wajah nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. Sebagaimana dahulu di
masa nabi Yusuf para wanita memotong jari-jarinya karena indahnya wajah nabi
Yusuf As, sebagaimana disebutkan dalam firman Allah:
فَلَمَّا رَأَيْنَهُ أَكْبَرْنَهُ وَقَطَّعْنَ أَيْدِيَهُنَّ
وَقُلْنَ حَاشَ لِلَّهِ مَا هَذَا بَشَرًا إِنْ هَذَا إِلَّا مَلَكٌ كَرِيمٌ ( يوسف:
31 (
"Ketika perempuan-perempuan itu melihatnya , mereka terpesona
kepada (keelokan rupanya) dan mereka (tanpa sadar) melukai tangannya sendiri,
seraya berkata: "Maha sempurna Allah, ini bukanlah manusia, sungguh ini
adalah malaikat yang sempurna" (QS. Yusuf : 31 )
Maka berkatalah As Syaikh Muhammad bin 'Alawy Al Maliki Ar menukil
salah satu riwayat sahabat bahwa Allah tidak menampakkan keindahan wajah
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam secara keseluruhan di muka bumi, hanya
1 keindahan dari 10 bagian yang diperlihatkan, jika seandainya yang 9 bagian
itu ditampakkan juga maka orang-orang akan mengiris hatinya tanpa terasa karena
indahnya wajah sayyidina Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, dan itu kelak
akan diperlihatkan di telaga Haudh. Semoga aku dan kalian memandang wajah yang
indah itu, amin.
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah
Diriwayatkan dalam Shahih Al Bukhari bahwa sayyidina Anas bin Malik
Ra berkata:
مَا نَظَرْناَ مَنْظَرًا كاَنَ أَعْجَبَ إِلَيْنَا
مِنْ وَجْهِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
"Kami belum pernah melihat pemandangan yang lebih menakjubkan
dari wajah nabi shallallahu 'alaihi wasallam"
Dan beliau shallallahu 'alaihi wasallam adalah orang yang banyak
sekali dan sangat mudah dan suka mendoakan orang lain, dan beliau adalah
makhluk yang paling indah, sebagaimana diriwayatkan dalam Shahih Al Bukhari
bahwa salah seorang sahabat Ra berkata: "aku belum pernah mendengar suara
yang lebih indah dari suara Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, hingga suara
beliau membuat hati luluh dan ingin mendekat kepada Allah subhanahu
wata'ala". Dan Allah berfirman dalam Al qur'an menyifati indahnya bacaan
sang nabi :
قُلْ أُوحِيَ إِلَيَّ أَنَّهُ اسْتَمَعَ نَفَرٌ مِنَ
الْجِنِّ فَقَالُوا إِنَّا سَمِعْنَا قُرْآَنًا عَجَبًا ، يَهْدِي إِلَى الرُّشْدِ
فَآَمَنَّا بِهِ وَلَنْ نُشْرِكَ بِرَبِّنَا أَحَدًا ( الجن : 1-2)
"Katakanlah (hai Muhammad): "Telah
diwahyukan kepadaku bahwasanya: sekumpulan jin telah mendengarkan (Al-Qur'an),
lalu mereka berkata: Sesungguhnya kami telah mendengarkan Al-Qur'an yang
menakjubkan, (yang) memberi petunjuk kepada jalan yang benar, lalu kami beriman
kepadanya. Dan kami sekali-kali tidak akan mempersekutukan seorangpun dengan
Rabb kami" ( QS. Al Jin: 1-2)
Dan Allah berfirman:
وَأَنَّهُ لَمَّا قَامَ عَبْدُ اللَّهِ يَدْعُوهُ
كَادُوا يَكُونُونَ عَلَيْهِ لِبَدًا ( الجن : 19 )
"Dan ketika hamba Allah (Muhammad) berdiri menyembah-Nya
(mengerjakan ibadah), hampir saja jin-jin itu desak-mendesak
mengerumuninya" ( QS. Al Jin: 19 )
Dijelaskan di dalam Shahih Muslim, ketika Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam berdiri dan membaca al qur'an dan di saat itu iblis melihat
pintu-pintu langit ditutup dan tidak bisa lagi ditembus oleh iblis dan syaitan,
maka di saat itu iblis berkata : "apa yang telah terjadi di barat dan
timur sehingga kita tidak bisa lagi menembus langit?!", maka ketika mereka
mencari di penjuru barat dan timur, mereka pun menemukan cahaya Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam yang sedang berdoa dan membaca al quran al karim,
dan cahaya itu membuat para jin berdesakan untuk mendengarkan bacaan itu
kemudian mereka beriman. Dan dijelaskan di dalam Kitab-kitab Tafsir, tafsir Ibn
Katsir dan lainnya bahwa di saat itu ada beberapa raja jin yang diperintahkan
oleh iblis untuk melihat apa yang terjadi, justru mereka beriman kepada nabi
Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. Para jin itu pun berdesakan ingin
mendengarkan suara indah yang keluar dari jiwa yang suci dan khusyu' yang
merindukan Allah subhanahu wata'ala, jiwa yang dipenuhi dengan getaran iman.
Oleh sebab itu, ketika salah seorang sahabat Ra (dalam riawayat yang tsiqah)
melihat aurat seorang wanita dengan sengaja, maka ia merasa telah berbuat dosa
yang sangat besar dan ia pun menyendiri ke atas gunung dan tidak mau lagi
melihat wajah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam karena dia merasa
tidaklah pantas matanya melihat wajah beliau karena mata itu telah berbuat
zina. Dan setelah beberapa hari Rasulullah menanyakan orang itu karena beberapa
hari Rasulullah tidak melihatnya, maka sayyidina Abu Bakr As Shiddiq Ra
mendatanginya ke gunung dan berkata kepada orang itu: "engkau dipanggil oleh
Rasulullah", orang itu menjawab: "aku tidak mau melihat wajah
Rasulullah, mataku tidak lagi pantas memandang beliau karena telah berbuat
dosa", maka sayyidina Abu Bakr berkata: "ini adalah perintah
Rasulullah", maka ia pun datang kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam dan ketika itu Rasulullah sedang melakukan shalat maghrib, dan ketika
ia mendengar bacaan Rasulullah dari kejauhan, ia pun terjatuh dan roboh karena
tidak mampu mendengarkan lantunan suara indah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam,
maka ia diberdirikan oleh sayyidina Abu Bakr As Shiddiq dan dibimbing untuk
terus masuk ke shaf shalat dan setelah selesai shalat, ketika orang-orang mulai
berdiri dan keluar dari shaf shalat, ia hanya tertunduk saja, maka Rasulullah
memanggilnya dan berkata :"kemarilah mendekat kepadaku", ia mendekat
hingga lututnya bersatu dengan lutut nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam
namun ia tetap menundukkan kepalanya dan berkata: "wahai Rasulullah, aku
tidak mau lagi melihat wajahmu karena mataku sudah banyak berbuat dosa",
maka Rasulullah berkata :"mohonlah ampunan kepada Allah", maka ia
berkata: "aku meyakini bahwa Allah Maha Pengampun, namun mata yang sudah
banyak berbuat dosa ini tidak lagi pantas melihat wajahmu wahai Rasulullah",
ia masih terus menundukkkan kepalanya maka rsaulullah berkata : "angkatlah
kepalamu!!", maka ia pun mengangkat kepalanya perlahan lahan dan beradu
pandang denga Rasulullah, lalu ia kembali menundukkan kepalanya dan menangis di
pangkuan Rasulullah kemudian wafat dipangkuan beliau shallallahu 'alaihi
wasallam. Maka para sahabat pun kaget dan iri dengan orang itu karena walaupun
mereka berjihad siang dan malam namun mereka tidak sempat mendapatkan
kesempatan untuk wafat dipangkuan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, dan
ketika itu air mata Rasulullah mengalir dan jatuh di atas wajah orang itu.
Hadirin hadirat, sungguh mata kita penuh dengan dosa dan kesalahan, namun Sang
Maha Pengampun tidak berhenti mengampuni, sebagaimana hadits Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bahwa ada 7 golongan yang mendapatkan naungan
Allah dimana ketika itu tidak ada naungan kecuali naungan Allah, diatara 7
kelompok itu adalah :
رَجُلٌ ذَكَرَ اللهُ فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ
" Seseorang yang ketika berdzikir (mengingat Allah) maka
mengalirlah air matanya"
Maka orang itu akan mendapatkan naungan Allah kelak di hari kiamat.
Dan saat di surga kelak masih ada orang-orang yang belum melihat keindahan dzat
Allah subhanahu wata'ala, mereka adalah orang-orang yang ketika di dunia mata
mereka banyak berbuat dosa, dan malaikat tidak mau membuka tabir yang
menghalangi dzat Allah dengan mereka, maka Allah berkata kepada malaikat:
"mengapa kalian masih menutupkan tabir untuk mereka, mereka adalah
penduduk surga yang telah kuampuni dosa-dosa mereka", maka malaikat
berkata: "wahai Allah, dahulu ketika mereka di dunia mata mereka banyak
melakukan dosa, maka mereka tidak pantas memandang keindahan dzat-Mu",
maka Allah subhanahu wata'ala berfirman: "angkatlah tabir yang
menghalangi-Ku dengan mereka, karena dahulu mata mereka pernah mengalirkan air
mata rindu ingin berjumpa dengan-Ku"…
فَقُوْلُوْا جَمِيْعًا ...
Ucapkanlah bersama-sama
يَا الله...يَا الله... ياَ الله.. ياَرَحْمَن يَارَحِيْم
...لاَإلهَ إلَّاالله...لاَ إلهَ إلاَّ اللهُ اْلعَظِيْمُ الْحَلِيْمُ...لاَ إِلهَ
إِلَّا الله رَبُّ اْلعَرْشِ اْلعَظِيْمِ...لاَ إِلهَ إلَّا اللهُ رَبُّ السَّموَاتِ
وَرَبُّ الْأَرْضِ وَرَبُّ اْلعَرْشِ اْلكَرِيْمِ... مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ،كَلِمَةٌ حَقٌّ عَلَيْهَا نَحْيَا وَعَلَيْهَا نَمُوتُ وَعَلَيْهَا
نُبْعَثُ إِنْ شَاءَ اللهُ تَعَالَى مِنَ اْلأمِنِيْنَ
Sumber: Majlis Rosulullah
>>>SEMOGA BERMANFAAT<<<
0 komentar:
Post a Comment